RDTR Tak Kunjung Selesai, KBC Nilai PUPR Jadi Penghambat Laju Pembangunan Bupati Aep

RDTR Tak Kunjung Selesai, KBC Nilai PUPR Jadi Penghambat Laju Pembangunan Bupati Aep. Foto : Ilustrasi.

KARAWANG, Jabartime.com – Setelah lebih dari dua dekade hanya mengandalkan sumur tua di area pemakaman umum, warga Dusun Kiarajaya, Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, akhirnya bisa menikmati aliran air bersih langsung ke rumah. Momen bersejarah ini disambut haru oleh sekitar 600 jiwa yang selama ini hidup dengan keterbatasan air.

Selama puluhan tahun, 320 rumah di dua RT dan satu RW harus berbagi satu sumur untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Tak jarang mereka rela antre berjam-jam atau menampung air hujan karena tak ada pilihan lain. Bahkan anak-anak terbiasa mandi di dekat makam.

Read More

Kini, kisah pilu itu tinggal kenangan. Pada Jumat (27/9/2025), Perumdam Tirta Tarum Karawang resmi menyalurkan jaringan air bersih ke rumah-rumah warga.

“Ini bukan hanya air. Ini martabat. Kami merasa hidup kami akhirnya dihargai,” ujar Siti Fadilah, Ketua RT 12 Dusun Kiarajaya, dengan suara bergetar, Kamis (3/10/2025).

Direktur Utama Perumdam Tirta Tarum Karawang, Ade Dikdik Isnandar, menyebut penyaluran perdana air bersih ke Kiarajaya sebagai momentum bersejarah. Menurutnya, wilayah ini termasuk kategori sulit air karena kondisi geografis dan keterbatasan akses.

Kehadiran jaringan air bersih juga menjadi wujud pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dari Kementerian PUPR, yakni minimal 10 meter kubik air per rumah per bulan.

“Alhamdulillah, yang ditunggu-tunggu masyarakat akhirnya terealisasi. Warga gembira karena air bersih sudah sampai ke rumah mereka,” ucap Ade.

Keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi Perumdam Tirta Tarum dengan Kawasan Industri KIIC, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Perum Jasa Tirta (PJT), dan dukungan Pemkab hingga Pemprov Jawa Barat, termasuk sumbangan ASN provinsi.

Skema kerja sama melibatkan penggunaan air olahan milik KIIC dengan kompensasi biaya pengolahan, sementara tarif bagi warga diatur agar terjangkau.

“Dulu warga harus beli air tangki atau galon dengan harga lebih mahal. Sekarang tarifnya disesuaikan agar adil dan sesuai kemampuan masyarakat,” jelas Ade.

Hingga akhir September 2025, 220 rumah telah menjadi pelanggan aktif, ditambah 37 rumah pada gelombang kedua. Total 257 rumah kini terlayani.

Government & Public Relation Manager KIIC, Wahyu Mulyandaru, menegaskan bahwa keterlibatan KIIC dalam program ini bukan sekadar CSR, melainkan wujud hubungan timbal balik yang sehat antara industri dan masyarakat.

Sebelumnya, KIIC rutin mendistribusikan air tangki ke warga, bahkan pernah mencoba pengeboran sumur hingga kedalaman 120 meter, meski tak berhasil.

“KIIC hadir di tengah masyarakat tentu harus memberikan manfaat positif. Tapi masyarakat juga harus mendukung keberadaan industri. Harus ada take and give,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa penyediaan air bersih membutuhkan koordinasi lintas institusi dan waktu panjang, bukan karena KIIC lamban atau tak peduli.

“Bukan kami lambat, tapi ada proses administratif dan teknis yang harus dilalui. Kami tidak ingin asal cepat lalu menimbulkan masalah hukum,” jelasnya.

Lebih jauh, Wahyu mengingatkan pentingnya dukungan pemerintah dalam menjamin keberlanjutan suplai air, sebab peruntukan awal air tersebut adalah kebutuhan industri.

Menurutnya, inisiatif ini bermula dari keluhan warga kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang kemudian menginstruksikan seluruh pihak berkolaborasi.

“Setelah mendapat persetujuan BBWS, Perumdam Tirta Tarum bekerja sama dengan KIIC menyalurkan air bersih melalui pipa, sebagian didukung donasi ASN Jawa Barat yang disalurkan lewat Gubernur,” tambahnya.

Kini, warga Kiarajaya bisa hidup lebih sehat, aman, dan bermartabat. Tak ada lagi antrean panjang di sumur pemakaman atau bergantung pada air hujan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *