KARAWANG, Jabartime.com – Tidak semua perjalanan menuju gerbang perguruan tinggi dilalui dengan langkah kaki yang kuat. Sebagian, seperti Hasbi Ash Shidqi, menempuhnya dengan roda kursi dan kekuatan doa.
Lahir dengan keterbatasan fisik sebagai penyandang tunadaksa, Hasbi tidak pernah menganggap kondisinya sebagai beban. Sebaliknya, ia menjadikannya batu loncatan untuk membuktikan bahwa semangat tak bisa dilumpuhkan.
Sabtu, 26 Juli 2025, menjadi hari istimewa bagi Hasbi. Ia resmi mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), sebagai mahasiswa baru Program Studi Teknik Elektro.
“Saya ingin jadi engineer, dan kuliah di kampus negeri adalah langkah awalnya,” ujarnya.
Namun, langkah itu bukan tanpa jatuh-bangun. Sempat gagal di jalur prestasi SNBP, Hasbi kembali bangkit dan berjuang melalui jalur tes UTBK-SNBT. Tekadnya terbayar lunas ketika ia diterima di pilihan pertama – Teknik Elektro UNSIKA.
Hasbi bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya baru diangkat sebagai guru PPPK di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bekasi, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Tapi dari keluarga kecil inilah, Hasbi mendapatkan energi besar untuk terus melangkah.
“Orang tua saya nggak pernah memperlakukan saya sebagai anak yang lemah. Justru mereka yang terus mendorong saya maju. Ibu selalu mengantar saya ke Karawang saat daftar ulang. Itu jadi momen yang nggak akan saya lupa,” ungkap Hasbi.
Sejak SD hingga SMA, Hasbi bersekolah di sekolah reguler, membaur dengan teman-temannya. Ia mengaku tak pernah mengalami diskriminasi. Justru dukungan dari lingkungan sekolah membantunya tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat.
“Teman-teman saya sangat suportif. Kami saling bantu. Itu membuat saya merasa setara dan berharga,” tambahnya.
Kini, setelah resmi menjadi mahasiswa, Hasbi berencana tinggal di kos dekat kampus. Setiap harinya, ia akan menempuh perkuliahan dengan bantuan kursi roda.
Kepada sesama penyandang disabilitas, Hasbi menitipkan pesan. “Jangan berhenti. Keterbatasan kita bukan akhir dari segalanya. Pasti ada kelebihan yang bisa dikembangkan. Kita berhak bermimpi dan mewujudkannya.”





