KARAWANG, Jabartime.com – Sejak Senin (8/9/2025) lalu, jembatan utama yang menghubungkan Kelurahan Palumbonsari dengan Kelurahan Plawad terputus total. Akses vital ribuan warga mendadak lumpuh. Tidak ada kendaraan roda empat yang bisa melintas, hanya pejalan kaki dan motor yang kini bergantung pada jembatan darurat dari bambu buatan warga.
Di tengah situasi itu, masyarakat Dusun Kedung Salam, RT 30 RW 07, tak mau menunggu lama. Tanpa bantuan dari kelurahan maupun pemerintah daerah, mereka bergotong royong membangun jembatan alternatif sementara di atas Kali Cilamaran.
“Ini murni swadaya warga. Dari kelurahan tidak ada bantuan sama sekali. Kalau bukan warga yang peduli siapa lagi? jalan akses sudah lama terputus,” tegas Ketua RW 07 Kedung Salam, Haji Nurjen, Rabu (10/9/2025).
Jembatan bambu darurat ini kini menjadi penyelamat aktivitas warga. Meski sederhana, namun keberadaannya sangat penting karena dua kelurahan terdampak langsung.
“Jembatan ini vital untuk motor dan pejalan kaki. Kalau mobil memang terpaksa dialihkan ke jalur lain. Tapi untuk warga di sini, jembatan ini nyawa mereka. Yang terdampak ada dua kelurahan, kurang lebih 12 ribu jiwa,” lanjutnya.
Ironisnya, meski lintasan ini menjadi urat nadi dua kelurahan sekaligus, belum ada tanda-tanda dukungan nyata dari pemerintah setempat.
“Ya mereka juga menggunakan jembatan ini, tapi dari masyarakat Palumbonsari ataupun Kelurahannya tidak ada sama sekali support dalam pembuatan jembatan sementara ini. Pembuatan jembatan sementara ini murni swadaya masyarakat. Palumbonsari tidak ada yang support. Padahal ini lintas dua kelurahan,” sindir Nurjen.
Rencananya, perbaikan jembatan utama baru akan dikerjakan pada Kamis (11/9/2025) oleh Dinas PUPR Kabupaten Karawang.





